"Agastya Renandi merasa hidupnya hancur. Pada usia 27 tahun, ia diputuskan sepihak oleh Diga, pacarnya sejak SMA. Otomatis, ia juga kehilangan pekerjaannya di perusahaan milik Diga. Atya merasa sendirian dan nyaris tak punya uang sepeser pun.
Reuni SMA yang diharapkannya bisa sedikit menghibur, malah berakhir dengan buruk setelah Atya melabrak Diga yang membawa pacar baru. Atya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang dari reuni. Saat membuka mata dan melihat cahaya menyilaukan, ia berpikir dirinya pasti sudah mati. Namun, ia justru mengalami hal ajaib dan mendapatkan kesempatan untuk menjalani kembali masa SMA-nya.
Atya harus memperbaiki semua kesalahan yang diperbuatnya saat remaja. Ia pun berfokus mencari cara agar tidak kehilangan pacarnya yang sempurna. Namun, hidup selalu punya rencana tak terduga. Atya bimbang saat hatinya mulai terbuka pada pilihan lain yang terbentang di hadapannya."
"Tidak selamanya 'dingin' itu membekukan. Kadang yang 'dingin' itulah bisa jadi yang paling meluluhkan. Seperti dia, yang dingin tapi selalu bisa menumbuhkan cinta. Satu nama yang akan mengantarmu pada pahit manisnya berjuang...
Kenarya Hechira jatuh hati kepada Sena Putra Dirmaga, siswa yang paling 'dingin' seantero sekolah. Mereka sangat bertolak belakang, yang satu menghangatkan karena keramahannya, yang satu penyendiri karena sifatnya yang dingin kepada orang-orang.
Akankah Kena mampu dan sanggup terus berjuang mengeluarkan Sena dari belenggu es yang membalut hatinya? Ataukah dia menyerah pada keadaan dan tak mampu bertahan? Mampukah mereka bersatu di antara jurang perbedaan?"
"Setelah lima tahun tidak bertemu, hal pertama yang Raja pinta adalah sepuluh hari bersama Ratu. Sepuluh hari. Menebus lima tahun perpisahan. Akankah sepuluh hari ini berhasil mengikat mereka kembali bersama, atau menjauhkan mereka selamanya?"
"'Kadang aku benci berumur tujuh belas. Umur ketika aku sudah dianggap dewasa, tapi masih tergantung pada izin orangtua. Mungkin kalau aku sudah 21 tahun, aku tidak perlu mengalami ketegangan di ruang makan ini, menunggu izin itu keluar dari mulut Mama.'
Impian Sandra adalah mengunjungi Paris, yang selama ini cuma bisa dibayangkannya. Impian Sandra adalah bisa selamanya bersama Rian—model dan bintang sinetron baru—pacar yang sangat dicintainya. Tapi ternyata… sering kali kenyataan nggak berjalan seindah bayangan.
Saat kesempatan mengunjungi Paris sudah di depan mata, Mama malah bertindak nggak masuk akal: melarang Sandra pergi. Itu belum apa-apa. Rian kini semakin jauh, ditambah munculnya gosip cinta lokasi yang membuat Sandra cemburu berat tapi nggak bisa berbuat banyak.
Sandra yang semula menganggap berumur tujuh belas rasanya biasa-biasa saja, kini mulai kewalahan dengan berbagai kejadian yang mengaduk-aduk emosinya…"